A.
MENGANALISIS
PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN SETELAH PROKLAMASI
Setelah melalui
perjuangan yang panjang akhirnya terbentuklah negara Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 mengantarkan
bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan. Dengan negara yang
berdaulat, lepas dari cengkeraman penjajah, bangsa Indonesia dapat meraih
cita-cita dan meningkatkan taraf hidupnya.
1. Pengesahan UUD 1945 dan Pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden.
PPKI mengadakan sidang untuk pertama kalinya pada tanggal 18
Agustus 1945 dengan menghasilkan keputusan bahwa UUD 1945 ditetapkan serta
disahkan menjadi kontitusi Negara Indonesia serta dipilihkan Presiden Indonesia
beserta wakilnya. Sidang dari PPKI ini merupakan kelanjutan sidang BPUPKI pada
tanggal 10-16 juli 1945 yang mengulas persoalan rancangan undang-undang dasar.
Berbagai pembetulan disepakati dalam sidang, yaitu rumusan sila pertama
pancasila yang sebelumnya disepakati merupakan “ketuhanan serta keharusan
menjalankan syariat-syariat islam bagi pemeluknya’’,di ubah menjadi “ketuhanan
yang maha esa’’. Tidak hanya itu, Bab III, pasal 6,UUD 1945yang sebelumnya
menyebutkan bahwa”presiden ialah orang Indonesia orisinil yang beragama
islam’’. Dalam sidang itu pula rancangn undang-undang dasar ditetapkan serta
disahkan menjadi undang-undang dasar Negara yang kemudian dikenal sebagai
undang-undang dasar 1945. Pada saat mengulas bab III rancangan UUD 1945, Otto
iskandardinata menganjurkan supaya sekaligus saja memilih presiden serta wakil
presiden. Ia menganjurkan Soekarno menjadi presiden, serta Moh Hatta sebagai
wakil presiden. Usul darinya diterima dan kemudian kedua proklamator tersebut
sejak tanggal 18 Agustus 1945 resmi menjadi presiden serta wakil presiden Republik
Indonesia yang pertama.
2. Pembentukan Departemen dan Pemerintahan Daerah.
Pembentukan Departemen dan Pemerintahan Daerah - Sebagai Negara
yang baru merdeka Indonesia belum mempunyai pemimpin serta pemerintahan yang
berdaulat, oleh sebab itu diadakan sidang PPKI dalam upaya pembentukan
pemerintahan, alat kelengkapan, serta keamanan negara Indonesia.
Sidang tanggal 18 Agustus1945, menghasilkan keputusan sebagai
berikut:
a.
Mengesahkan serta menetapkan UUD RI yang dikenal dengan nama UUD 1945.
b.
Memilih serta menetapkan Sukarno sebagai Presiden serta Mohammad
Hatta sebagai wakil presiden (secara aklamasi)
c.
Pembentukan Komite Nasional untuk menolong pekerjaan presiden
sebelum terbentuknya MPR serta DPR.
Sidang tanggal 19 Agustus 1945, menetapkan tentang :
Pembagian wilayah Indonesia. Menetapkan wilayah Indonesia menjadi
8 propinsi dengan 2 daerah istimewa beserta gubernurnya, yaitu :
·
Jawa Barat : Sutardjo Kartohadikusumo
·
Jawa Tengah : R. Panji Soeroso
·
Jawa Timur : R.A Soerjo
·
Kalimantan : Ir. Mohammad Noor
·
Sulawesi : Dr. Sam Ratulangi
·
Maluku : Mr. J. Latuharhary
·
Sunda Kecil : Mr. I Gusti Ketut Pudja
·
Sumatera : Mr. Teuku Moh. Hasan
·
Dua daerah istimewa yaitu Yogyakarta serta Surakarta
Pembentukan Departemen serta Kementrian. Pembentukan 12 Departemen
serta 4 kementrian negara untuk menolong presiden.
·
Departemen Dalam Negeri : Wiranata Kusumah
·
Departemen Luar Negeri : Ahmad Subardjo
·
Departemen Kehakiman : Dr. Soepomo
·
Departemen Keuangan : A.A Maramis
·
Departemen Kemakmuran : Ir. Surachman Tjokrodisuryo
·
Departemen Pengajaran : Ki Hajar Dewantara
·
Departemen Penerangan : Amir Syarifudin
·
Departemen Sosial : Iwa Kusumasumantri
·
Departemen Pertahanan : Supriyadi
·
Departemen Kesehatan : Boentaran Martoatmodjo
·
Departemen Perhubungan : Abikusno Tjokrosujoso
·
Departemen Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosujoso
·
Menteri Negara : Wachid Hasyim
·
Menteri Negara : R.M Sartono
·
Menteri Negara : M. Amir
·
Menteri Negara : R. Otto Iskandardinata
3. Pembentukan Badan – Badan Negara
Sidang tanggal 22 Agustus 1945, PPKI membentuk KNIP dan dilantik
pada tanggal 29 Agustus 1945. Dibentuk komite nasional sebagai penjelmaan
tujuan dan impian bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan kemerdekaan yang
didasarkan kedaulaan rakyat. Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
berkedudukan di Jakarta, sedangkan Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID)
berkedudukan di ibukota propinsi. Tanggal 29 Agustus 1945, Presiden Sukarno
melantik 135 anak buah KNIP di Gedung Kesenian Jakarta dengan ketua Kasman
Singodimejo.
Hasil Sidang PPKI 18 Agustus 1945
·
Menetapkan dan mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 (UUD 1945) yang berisi 37 pasal.
·
Memilih dan membawa ceo tinggi negara, yaitu Soekarno sebagai
Presiden RI dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden RI.
·
Presiden dan Wakil Presieden dibantu oleh suatu Komite Nasional hingga terbentuknya Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Aturan Peralihan UUD 1945 Pasal IV. Sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan perwakilan rakyat dan Dewan Pertimbangan Agung
dibentuk menurut Undang-undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh
Presiden dengan bantuan suatu Komite
Nasional.
Petinggi-petinggi KNIP
·
Mr. Kasman Singodimedjo – Ketua
·
M. Sutardjo Kartohadikusumo - Wakil Ketua I
·
Mr. J. Latuharhary - Wakil Ketua II
·
Adam Malik - Wakil Ketua III
Hasil Sidang KNIP 16 Oktober 1945
Drs. Moh Hatta mengeluarkan Maklumat Nomor X Tahun 1945 yang
menetapkan bahwa KNIP sebelum terbentuk MPR dan DPR diserahi kekuasaan
legislatif, ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara, dan menyetujui
bahwa pekerjaan KNIP sehari-hari sehubungan dengan gentingnya keadaan
dijalankan oleh suatu badan pekerja yang
diplih di antara mereka dan bertanggungjawab terhadap KNIP. Badan Pekerja KNIP
(BP-KNIP) akhirnya dibentuk dan diketuai oleh Sutan Syahrir dan wakilnya Amir
Syarifuddin.
Kemudian Drs. Moh. Hatta mengeluarkan Maklumat Politilk 3 November
1945 atas desakan dari Sutan Syahrir selaku Ketua BP-KNIP. Dampak dari
maklumat/kebijakan itu adalan munculnya beberapa partai politik di Indonesia
dengan ideologi yang beraneka ragam.
Tanggal 11 November 1945 BP-KNIP mengeluarkan pemkabarhuan Nomor 5
mengenai pertanggungjawaban Materi Terhadap Perwakilan Rakyat. Anehnya,
Presiden Sukarno menyetujui usul tersebut dan mengeluarkan Maklumat Pemerintah
Tanggal 14 November 1945. dengan persetujuan tersebut sistem cabinet
presidensial dalam UUD 1945 sudah diamandemen menjadi sistem kabinet
parlementer.
4. Pembentukan Kabinet.
Kebanyakan
negara-negara yang baru merdeka memilih bentuk pemerintahan demokrasi. Salah satu
cirinya adalah adanya Dewan Perwakilan Rakyat (Parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih langsung oleh rakyat. Bentuk dan pola pemerintahan yang dianut oleh
para pemimpin Indonesia pada waktu itu adalah penerapan demokrasi yang ada di
negeri Belanda yang berdasarkan multipartai, yaitu system pemerintahan
parlementer. Hal itu disebabkan pada masa pergerakan nasional, banyak kaum
cendekiawan Indonesia yang menuntut ilmu di negeri Belanda.
Kabinet
pertama RI yang terdiri dari Perdana Menteri, Presiden Soekarno dan dibantu
oleh 17 menteri dan 4 pejabat tinggi yang ditetapkan pada tanggal 2 September
1945 dipimpin oleh Presiden Soekarno :
Perdana
Menteri : Ir. Soekarno
Menteri
Dalam Negeri : R.A.A Wiranatakusumah
Menteri
Luar Negeri : Mr. Ahmad Subardjo
Menteri
Kehakiman : Prof. Dr. Soepomo, S.H.
Menteri
Kemakmuran : Ir. D.P. Surakhman
Menteri
Keuangan : Mr. A.A. Maramis
Menteri
Kesehatan : Dr. R. Boentaran M.
Menteri
Pengajaran : Ki Hajar Dewantara
Menteri
Sosial : Mr. Iwa Kusumasumantri
Menteri
Penerangan : Mr. Amir Syarifuddin
Menteri
Perhubungan : R. Abikusno Cokrosuyoso
Menteri
Keamanan Rakyat : Suprijadi
Menteri
Pekerjaan Umum : R. Abikusno Cokrosuyoso
Menteri Negara : K.H. Wachid Hasyim
Menteri Negara : Dr. M. Amir
Menteri Negara : Mr. R.M Sartono
Menteri Negara :
R. Otto Iskandardinata
Menteri Negara : Mr. A.A. Maramis
Di samping itu juga diangkat sejumlah
pejabat tinggi negara, yaitu sebagai berikut.
Ketua Mahkamah Agung :
Dr. Mr. Kusumaatmadja
Jaksa Agung :
Mr. Gatot Tarunamihardja
Sekretaris Negara : Mr. A.G. Pringgodigdo
Juru Bicara Negara : Sukardjo Wirjopranoto
Karena pengaruh dari golongan kiri
dalam KNIP, usia kabinet itu tidak berlangsung lama, yaitu sejak tanggal 2
September 1945 hingga 14 November 1945. Sejak tanggal 14 November 1945, system
pemerintahan di Indonesia berubah menjadi system kabinet parlementer dengan
perdana menteri pertamanya, Sultan Syahrir.
5. Pembentukan Partai Politik.
Pada tanggal 22 Agustus 1945
PPKI bersidang untuk yang ketiga kalinya serta menghasilkan keputusan antara
lain pembentukan Partai Nasional Indonesia, yang pada waktu itu dimaksudkan
sebagai satu-satunya partai politik di Indonesia (partai tunggal). Dalam perkembangannya
timbul Maklumat tanggal 31 Agustus 1945 yang memutuskan bahwa gerakan serta
persiapan Partai Nasional Indonesia ditunda serta segala kegiatan dicurahkan ke
dalam Komite Nasional. Sejak saat itu, gagasan satu partai tak sempat
dinasibkan lagi. Demi kelangsungan kenasiban demokrasi, maka KNIP mengajukan
usul terhadap pemerintah supaya rakyat diberbagi peluang seluas-luasnya untuk
mendirikan partai politik.
6. Komite Van Aksi dan Lahirnya Badan – Badan Perjuangan.
Setelah mendengar kabar proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945, rakyat menyambut dengan gembira dan penuh semangat
untuk mempertahankannya. Faktor ini nampak dari dukungan spontan terhadap
proklamasi yang berfungsi mengusahakan secepatnya tegaknya negara Republik
Indonesia.
Komite Van Aksi
Komite Van aksi adalah utusan Laskar perjuangan yang terdiri dari
Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA), Barisan Buruh
Indonesia (BBI), dan lain-lain. Pada 2 September 1945 memberikan dukungan
terhadap negara kesatuan RI dengan mengeluarkan suatu manifesto yang disebut “Suara Rakyat Nomor
1”.
Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Pada tanggal 5 September 1945 di Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono
IX menyebutkan “Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat” yang bersifat kerajaan,
sebagai daerah istimewa dalam wilayah negara Indonesia. Berikut kutipan
pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX :
·
Bahwa Negara Ngayogyakarta Hardiningrat yang bersifat kerajaan
adalah daerah istimewa dari negara Republik Indonesia.
·
Sebagai kepala daerah, Sri Sultan HB IX memegang pemerintahan di
wilayah kesultanan Yogyakarta.
·
Kesultanan Yogyakarta mempunyai hubungan langsung dengan
pemerintah pusat RI dan Sultan Yogyakarta bertanggung jawab atas negeri
Yogyakarta langsung terhadap presiden RI.
Kemudian Presiden Republik Indonesia, Soekarno dengan cara khusus
mengirim utusan ke Yogyakarta untuk memberitau piagam pernyataan Pemerintah
Republik Indonesia yang menyebutkan :
“Kami Presiden Republik Indonesia menyebutkan Ingkang Sinuwun
Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Ngalogo Abdurachman Sayidin
Panotogomo Khalifatullah Ingkang kaping IX ing Ngayogyakarta Hadiningrat, pada
kedudukannya, dengan kepercayaan bahwa Sri Paduka Kanjeng Sultan bakal
mencurahkan segala pikiran, tenaga, jiwa, dan raga untuk keselamatan daerah
Yogyakarta sebagai tahap Republik Indonesia.
Djakarta, 19 September 1945
Presiden Republik Indonesia.
Soekarno
Rapat Raksasa di Lapangan IKADA
Comitë van Actie sebagai wadah para pemuda dan mahasiswa berperan
dalam merencanakan rapat raksasa di lapangan Ikada, memobilisasi massa dan
mendesak pemerintah untuk hadir dalam rapat raksasa di lapangan Ikada pada
tanggal 19 September 1945.
Latar belakangnya adalah ketidak puasan komite Van Aksi terhadap
kondisi dan struktur awal pemerintahan Indonesia. Tujuan rapat raksasa IKADA
adalah :
·
Untuk mendekatkan emosional Pemerintah Republik Indonesia dengan
rakyat Indonesia bahwa Indonesia telah merdeka.
·
Untuk menunjukkan terhadap tentara sekutu bahwa rakyat Indonesia
siap menghadapi apa saja yang hendak mengganggu kemerdekaan Indonesia.
·
Lalu, presiden Soekarno berpidato selagi lima menit. Beliau
meminta supaya rakyat percaya pada pemerintah. Seusai 10 jam massa berkumpul di
lapangan IKADA, akhirnya massa membubarkan diri sebab telah puas atas
keberadaan pemimpin negara Indonesia.
Rapat raksasa di lapangan IKADA meskipun hanya beberapa menit,
tetapi mempunyai makna besar, yaitu :
·
Sukses mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan
rakyatnya adalah perwujudan kewibawaan pemerintah RI di hadapan rakyat.
·
Sukses menggugah kepercayaan rakyat bakal kekuatan bangsa
Indonesia sendiri.
Perbuatan Heroik di Beberapa Daerah di Indonesia
Sejak dikumandangankan proklamasi kemerdekaan, bendera Merah Putih
berkibar dimana-mana. Di samping itu, pekik “Merdeka” menjadi salam nasional.
·
Perbuatan Heroik Terhadap Jepang. Tindakan terhadap Jepang
khususnya untuk merebut dan melucuti senjata-senjata Jepang. Tujuan melucuti
senjata Jepang : memperoleh senjata untuk modal perang, mencegah senjata Jepang
supaya tak jatuh ke tangan sekutu, mencegah supaya senjata Jepang tak dipakai
untuk membunuh rakyat.
·
Pertempuran di Surabaya dan kurang lebihnya selama bulan September
1945, rakyat dan BKR merebut senjata di gudang mesiu Don Bosco. Merebut
kompleks penyimpanan senjata dan pemancar radio di Embong, Malang. Dan pada
tanggal 1 Oktober 1945, rakyat merebut Markas Kompetai (polisi rahasia) yang
dianggap lambing kekejaman Jepang.
·
Pertempuran di Yogyakarta (26 September 1945). Para pegawai
pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang mengadakan aksi mogok. Mereka
memaksa pihak Jepang untuk menyerahkan semua kantor terhadap pihak Indonesia.
·
Pertempuran Lima Hari di Semarang (15 – 20 Oktober 1945).
Pertempuran ini diawali dari momen kaburnya para tawanan bekas tentara Jepang
yang akan dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kemudian Jepang menguasai
pusat persediaan air yang ada di daerah Candi. Kondisi tersebut meresahkan
rakyat saat tersiar bahwa Jepang telah meracuni persediaan air minum di daerah
Candi. Untuk membuktikannya, Dr. Karyadi mengecek air minum tersebut. Ketika
sedang memeriksa, ia ditembak Jepang. Momen ini memunculkan amarah rakyat, kemudian
berkobarlah pertempuran Lima Hari di Semarang, 2.000 rakyat Semarang menjadi
korban dan 100 orang Jepang tewas. Pertempuran ini sukses diakhiri seusai ceo
TKR berunding dengan pasukan Jepang. Usaha perdamaian tersebut akhirnya lebih
dipercepat setalah pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di Semarang pada tanggal
20 Oktober 1945. Untuk selanjutnya, pasukan Sekutu menawan dan melucuti senjata
Jepang.
·
Pertempuran di Kalimantan. Pada 14 November 1945 dengan beraninya
kurang lebih 8000 orang berkumpul di komplek NICA dengan mengarak Bendera
Merah-Putih.
·
Pertempuran di Makassar. Para pemuda mendukung Gubernur Sulawesi,
Dr. Sam Ratulangi dengan merebut
gedung-gedung Vital dari tangan polisi. Di Gorontalo para pemuda sukses merebut
senjata dari markas-markas Jepang pada 13 Sepember 1945. Di Sumbawa di bulan
Desember 1945, rakyat berusaha merebut markas-markas Jepang. Pada 13 Desember
1945 dengan cara serentak para pemuda meperbuat agresi terhadap Jepang.
·
Pertempuran di Aceh (6 Oktober 1945). Para pemuda dan tokoh
masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). 6 hari kemudian Jepang
melarang berdirinya organisasi tersebut. Ceo pemuda menolak dan timbulah
pertempuran. Para pemuda mengambil alih kantor-kantor pemerintah Jepang,
melucuti senjatanya dan mengibarkan Bendera Merah-Putih.
·
Pertempuran di Palembang (8 Oktober 1945).
·
Pertempuran di Sumbawa (Desember 1945), mereka merebut pos-pos
militer Jepang, yaitu terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.
Perbuatan Heroik Terhadap Sekutu
·
Momen bendera di Surabaya / Insiden Tunjungan (19 September 1945),
terjadi insiden bendera di hotel Yamato, yaitu momen penyobekan bendera Belanda
merah putih biru, menjadi bendera merah putih. Lalu, saat terbunuhnya Jenderal
Mallaby pada tanggal 28 Oktober 1945, pihak sekutu menuduh para pemuda Indonesia
yang menbunuhnya. Inggris mengeluarkan ultimatum supaya pemuda Indonesia yang
merasa membunuh menyerahkan diri hingga batas waktu tanggal 10 November 1945.
Sebab ultimatum tak ditanggapi maka terjadi pertempuran antar Sekutu dengan
Arek-arek Surabaya yang dipimpin Bung Tomo, Sungkono dan Gubernur Suryo untuk
mempertahankan Surabaya dari gempuran sekutu hampir satu bulan lamanya.
Akhirnya, tanggal 10 November dijadikan sebagai Hari Pahlawan.
·
Momen Bandung Lautan Api. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 10
Oktober 1945 di kota Bandung, dikarenakan oleh adanya tuntutan sekutu supaya
para pemuda menyerahkan senjata dan meninggalkan kota Bandung paling lambat 29
November 1945. Pasukan TRI akhirnya menyerbu Sekutu dan membumi hanguskan kota
Bandung Selatan. Tokoh dalam Bandung Lautan Api diantaranya : Kol. A. H.
Nasution, Kol. Hidayat, Moh. Toha, dan Aruji Kartawinata.
·
Momen Medan Area. Tentara yang dipimpin oleh Jenderal Ted Kelly
mendarat di Medan dan nyatanya diboncengi oleh tentara NICA yang dipimpin oleh
Kapten Westerling. Mereka menuntut para pemuda menyerahkan senjatanya, tetapi
tak dipenuhi jadi terjadi pertempuran pada tanggal 13 Oktober 1945.
·
Pertempuran Lima Hari di Semarang. Pertempuran Lima Hari di
Semarang adalah pertempuran besar yang terjadi seusai Jepang menyerah terhadap
Sekutu. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945. Pertempuran
Lima Hari di Semarang diawali dari momen kaburnya para tawanan bekas tentara
Jepang yang bakal dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kaburnya
tentara-tentara Jepang ke wilayah Semarang ini memunculkan ketakutan pada diri
rakyat Semarang. Apalagi kemudian Jepang menguasai pusat persediaan air yang
ada di daerah Candi. Kondisi terus meresahkan rakyat saat tersiar desas-desus
bahwa Jepang telah meracuni persediaan air minum di daerah Candi. Untuk
membuktikan desas-desus itu, Dr. Karyadi memberanikan diri untuk mengecek air
minum tersebut. Ketika sedang meperbuat pemeriksaan, ia ditembak Jepang dan
kemudia gugur. Momen ini memunculkan amarah rakyat jadi berkobarlah pertempuran
Lima Hari di Semarang. Dalam pertempuran tersebut, setidak sedikit 2. 000
rakyat Semarang menjadi korban dan 100 orang Jepang tewas. Pertempuran ini
sukses diakhiri seusai ceo TKR berunding dengan pasukan Jepang. Usaha perdamaian
tersebut akhirnya lebih dipercepat setalah pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di
Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk selanjutnya, pasukan Sekutu
menawan dan melucuti senjata Jepang.
·
Momen Palagan Ambarawa(21 November - 15 Desember 1945). Pertempuran
terjadi antara TKR dengan Belanda dan Sekutu. Pertempuran bermula ketika
tentara Sekutu dengan cara sepihak membebaskan orang-orang Belanda yang ditahan
di Magelang dan Ambarawa. Seusai mendapat bantuan dari Devisi V ceo Kolonel
Soedirman, pasukan Sekutu bisa dipukul mundur. Untuk mengenang pertempuran ini,
didirikan monument dan museum Palagan Ambarawa.
·
Pertempuran Margadana di Bali (18 November 1946) yang dipimpin
oleh I Gusti Ngura Rai dengan pasukannya Ciung Wanara. Momen ini terjadi sebab
menentang pembentukan NIT. Dalam pertempuran ini, I Gusti Ngurah Rai mengadakan
perlawanan habis-habisan jadi disebut dengan Perang Puputan.
·
Pertempuran di Biak. Rakyat Irian (Papua Barat) di beberapa kota
di Jayapura, Sorong, Serui, dan Biak memberi sambutan hangat dan mendukung
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 14 Maret 1948, terjadi
pertempuran antara rakyat Biak dengan tentara NICA. Momen ini diawali dari
agresi tangsi militer Belanda di Sosido dan Biak yang dilakukan oleh rakyat.
Para pemuda yang dipimpin Joseph berusaha mengibarkan bendera merah putih di
seluruh Biak. Serangan itu gagal dan dua
orang pemimpinnya dihukum mati, sedangkan yang lainnya dihukum seumur nasib.
7. Lahirnya TNI
Pemerintah Indonesia yang baru merdeka segera membentuk tentara
nasional dengan pertimbangan politik yaitu pembentukan tentara nasional pada
saat itu menyebabkan kecurigaaan serta memunculkan pukulan perpaduan tentara
Sekutu serta Jepang. Pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang
berfungsi menjaga keamanan umum pada masing-masing daerah. Badan-badan
perjuangan bernaung dibawah Komite Van Aksi, antara lain Angkatan Pemuda
Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA), serta Barisan Buruh Indonesia
(BBI),. Badan-badan perjuangan kemudian dibentuk diseluruh Indonesia, semacam
Barisan Banteng Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS), Pemuda Indonesia
Maluku (PIM), Hisbullah Sabilllah, Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo, Barisan
Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI), Barisan Pemuda Indonesia (BPI), serta
Pemuda Republik Indonesia (PRI).
Sidang PPKI tanggal 22 Agustus sukses membentuk Badan Keamanan
Rakyat (BKR) serta diumumkan oleh presiden pada tanggal 23 Agustus 1945. dengan
pemimpin BKR pusat sebagai berikut :
· Ketua umum : Kaprawi
· Ketua I : Sutalaksana
· Ketua II : Latief Hendraningrat
· Anggota : Arifin Abdurahman,
Mahmud serta Zulkifli Lubis
Pada tanggal 16 September 1945 South East Asian Comand (SEAC), angkatan
perang Inggris mendarat di Jakarta serta membuat tekanan terhadap Jepang.
Faktor itu memunculkan keberanian serdadu Jepang untuk mempertahankan diri
terhadap pemuda Indonesia yang sedang melucuti senjata. Pada tanggal 29
September 1945 datang tentara Sekutu yang tergabung dalam Alied Forces
Netherlands East Indies (AFNEI) dengan mengangkat pasukan NICA (Netherlands
Indies Civil Administration). Hal ini menimbulakan perlawanan sengit dari para
pemuda Indonesia terhadap sedadu NICA serta sekutu, terbukti pensiunan Mayor
KNIL Urip Sumoharjo ke Jakarta serta dberi tugas membentuk tentara kebangasaan
Indonesia. Melewati Maklumat Pemerintah tanggal 5 Oktober 1945 terbentuklah
Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Dengan Maklumat Pemerintah Tanggal 6 Oktober
1945, Supriyadi, pemimpin perlawanan Peta di Blitar (Febuari 1945), diangkat
sebagai Menteri Keamanan Rakyat. Sebab Supriyadi tak memenuhi panggilan serta
tak terdengar berita beritanya, pada tanggal 20 Oktober 1945, pemerintah
kembali memberitahukan para pejabat pemimpin di lingkungan Kementerian Keamanan
Rakyat antara lain Menteri Keamanan Rakyat ad interim, Muhammmad Suroadikusumo,
pemimpin paling atas Tentara Keamanan Rakyat, Supriyadi, serta sebagai kepala
staf Umum Tentara Keamanan Rakyat adalah Urip Sumoharjo.
Dalam Konferensi TKR di Yogyakarta pada tanggal 12 November 1945,
Kolonel Sudirman, Panglima Divisi V Banyumas dipilih menjadi pemimpin paling
atas TKR sedangkan kepala staf dipilih Urip Sumoharjo. Pada tanggal 6 Desember
1945 Markas Besar TKR mengeluarkan sebuah maklumat yang menyebutkan bahwa
disamping tentara resmi (TKR) diperbolehkan adanya lascar-laskar, sebab hak
serta keharusan mempertahankan negara bukanlah monopoli tentara. Pada tanggal
18 Desember 1945 pemerintah melantik Kolonel Sudirman sebagai Panglima Besar
TKR dengan pelantikan Jenderal. Sebagai kepala Staf TKR dilantik Urip Sumoharjo
dengan pangkat letnan Jenderal. Tugas mutlak panglima Besar TKR adalah meninjau
kembali struktur organisasi, struktur kerja, serta landasan perjuangan TKR agar
diadakan penyempurnaan lebih lanjut. Kemudian diadakan rapat ceo pada tanggal 1
Januari 1946 menyebabkan pemerintah merubah nama Tentara Keamanan Rakyat
menjadi Tentara Keselamatan Rakyat, Kementerian Keamanan Rakyat menjadi
Kementerian Pertahanan. Belum hingga sebulan dikeluarkan lagi Maklumat
Pemerintah Tanggal 23 Januari 1945 untuk mengganti nama Tentara Keselamatan
Rakyat dengan nama Tentara Republik Indonesia (TRI).
Tanggal 19 Juli 1946 terbentuklah Angkatan Laut Republik Indonesia
disingkat ALRI. Pada tanggal 9 April 1946 TRI tahap perhubungan udara diganti
nam serta strukturnya menjadi Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara alias
dikenal dengan nama Angkatan Udara Republik Indonesia di singkatat AURI. Pada
tanggal 5 Mei 1947 presiden mengeluarkan dekrit guna membentuk Panitia
Pembentukan Organisasi Tentara Nasional Indonesia dengan beranggotakan 21 orang
dari ceo berbagai lascar yang paling berpengaruh kuat. Panitia itu dipimpin
Presiden Sukarno sendiri. Pada tanggal 7 Juni 1947 keluar sebuah Penetapan
Presiden yang membentuk sebuah organisasi tentara yang bernama Tentara Nasional
Indonesia (TNI) sebagai penyempurna TRI. Didalam penetapan itu, antara lain
diputuskan bahwa mulai tanggal 3 juni 1947 dengan cara resmi Tentara Nasional
Indonesia dengan segenap anak buah angkatan perang yang ada sebagai inti
kekuatannya. Tidak hanya itu, anak buah lascar bersenjata, baik yang telah
maupun yang belum bergabung dalam biro perjuangan dimasukan serentak dalam
Tentara Nasional Indonesia, dengan Kepala Pucuk Pemimpin, Panglima Besar
Jenderal Soedirman.
B.
Pembentukan Partai Politik Setelah
Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus telah
memulai babak baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perkembangan bangsa
dalam kurun waktu 1945 hingga akhir tahun 1945, yang merupakan kelahiran
badan-badan aparatur negara sebagai bagian dari cikal bakal lahir politik di
Indonesia.
Sidang PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945 menetapkan aturan
peralihan UUD 1945 selama UUD 1945 belum dapat dibentuk secara sempurna. PPKI
juga membentuk Komite Nasional Indonesia yang kemudian menjadi Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) yang membantu Presiden sebelum MPR dan DPR didirikan.
Badan Pekerja KNIP (BPKNIP) mengusulkan perlu dibentuknya
partai-partai politik, yang kemudian ditindaklanjuti oleh wakil presiden dengan
maklumat pada tanggal 3 November 1945, yang isi maklumatnya adalah :
1.
Pemerintah
menyukai partai-partai politik, karena dengan adanya partai-partai itulah
segala aliran paham yang ada dalam masyarakat dapat dipimpin kejalan yang
benar.
2.
Pemerintah
berharap supaya parta-partai itu telah tersusun sebelum dilangsungkan pemilihan
anggota badan-badan perwakilan rakyat dalam bulan januari 1946.
Setelah dikeluarkan maklumat itu, berdirilah partai-partai politik
di NKRI. Beberapa partai politik yang kemudian terbentuk antara lain :
1.
Partai Masyumi
Partai Majelis Syuro Muslimin
Indonesia adalah partai politik dengan simbol pemilu bintang bulan yang berdiri
tanggal 7 November 1945 di Yogyakarta dipimpin oleh dr. Sukiman Wiryosanjoyo .
Tujuan didirikannya Partai Masyumi sebagai partai penyatu umat Islam dalam
bidang politik. Namun, Partai Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada
tahun 1960 dikarenakan tokoh-tokohnya dicurigai dalam pemberontakan dari dalam
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia.
2.
PKI (Partai
Komunis Indonesia)
PKI (Partai Komunis Indonesia)
adalah salah satu partai di Indonesia dengan simbol pemilu palu arit yang
berdiri tanggal 7 November 1945, dipimpin oleh Mr. Moh. Yusuf. Oleh tokoh-tokoh
komunis, sebenarnya pada tanggal 2 Oktober 1945 PKI telah didirikan.
3.
PBI (Partai Buruh
Indonesia)
PBI (Partai Buruh Indonesia) Berdiri
tanggal 8 November 1945 dahulu bernama Barisan Buruh Indonesia yang dipimpin
oleh Nyono. Anggota PBI berjumlah 1000
orang pada tahun 1946 dan pada tahun 1948 Partai Buruh Indonesia dibubarkan.
4.
Partai Rakyat
Jelata
Berdiri tanggal 8 November 1945,
dipimpin oleh Sutan Dewanis.
5.
Parkindo
(Partai Kristen Indonesia)
Berdiri tanggal 10 November 1945,
dipimpin oleh Dr. Prabowinato. Parkindo adalah salah satu partai politik
Indonesia pada tahun 1945-1973 dengan basis wilayahnya pada daerah Protestan
Indonesia. Pada 10 Januari 1973, Parkindo difusikan dalam Partai Demokrasi
Indonesia (PDI).
6.
PSI (Partai
Sosialis Indonesia)
PSI (Partai Sosialis Indonesia)
adalah partai di Indonesia yang menganut ideologi sosialisme dengan simbol
pemilu bintang merah. Berdiri tanggal
10 November 1945, dipimpin oleh Amir Syarifuddin. PSI menjunjung tinggi derajat
kemanusiaan dengan mengakui dan menjunjung tinggi persamaan derajat setiap
manusia yang menghargai pribadi seseorang dalam pikiran serta dalam pelaksanaan
sosialisme. PSI dibubarkna pada tahun 1960.
7.
PRS (Partai
Rakyat Sosialis)
PRS (Partai Rakyat Sosialis) adalah partai
politik yang pernah ada di Indonesia. Didirikan di Jakarta pada tanggal 10 November tahun 1945. dipimpin oleh Sutan Syahrir. Pada pertemuan di Cirebon, partai ini bergabung dengan Partai Sosialis Indonesia, membentuk Partai Sosialis dengan Sjahrir sebagai ketua.
8.
PKRI (Partai
Katholik Republik Indonesia)
Berdiri tanggal 8 Desember 1945 yang dipimpin oleh F.S. Harijadi. Asas dan
tujuan berbunyi sebagai berikut:
a.
Partai Katolik berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha
Esa pada umumnya serta Pancasila pada
khususnya dan bertindak menurut asas-asas Katolik.
b.
Tujuan Partai Katolik ialah bekerja
sekuat-kuatnya untuk kemajuan Republik Indonesia dan kesejahteraan rakyatnya.
9.
Persatuan
Rakyat Marhaen Indonesia
Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia atau sering disingkat juga
sebagai Permai adalah gerakan sosial di Indonesia, berfungsi baik sebagai partai politik dan asosiasi mistis Abangan
dan berdiri tanggal 17 Desember 1945 dipimpin oleh JB Assa.
10. PNI (Partai Nasional Indonesia), berdiri tanggal 29 Januari 1946.
PNI merupakan penggabungan dari Partai Rakyat Indonesia (PRI), Gerakan Republik
Indonesia, dan Serikat Rakyat Indonesia, yang masing-masing sudah berdiri dalam
bulan November dan Desember 1945, didirikan oleh Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr.Sartono, Mr Iskaq
Tjokrohadisuryo dan Mr Sunaryo.
C.
Tokoh-tokoh Proklamasi
1.
Ir. Soekarno

• Bung Karno menyusun konsep teks
proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama Bung Hatta dan Mr. Achmad
Soebardjo.
• Bung Karno
menandatangani teks Proklamasi atas nama bangsa Indonesia bersama Bung Hatta.
·
Bung Karno
membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kediamannya di jalan
Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
2.
Drs. Moh. Hatta

• Bung Hatta menyusun konsep teks proklamasi di
rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama Bung Karno dan Mr. Achmad Soebardjo.
• Bung Hatta menandatangani teks Proklamasi atas
nama bangsa Indonesia bersama Bung Karno.
3.
Mr. Achmad
Soebardjo

4.
Laksamana Tadashi Maeda

5.
Sukarni

Sukarni (lahir di
Blitar, Jawa Timur, 14 Juli 1916 – wafat di Jakarta, 7 Mei 1971 pada umur 54
tahun), yang nama lengkapnya adalah Sukarni Kartodiwirjo, adalah tokoh pejuang
kemerdekaan Indonesia. Sukarni adalah salah seorang tokoh pemuda dan pejuang
yang gigih melawan penjajah. Peran Sukarni antara lain Sukarni mengusulkan agar
yang menandatangani teks Proklamasi adalah Bung Karno dan Bung Hatta atas nama
bangsa Indonesia.
6.
Fatmawati

Fatmawati menjahit
Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
7.
Sayuti Melik

Sayuti Melik mengetik naskah
Proklamasi setelah ia sempurnakan dari tulisan tangan Bung Karno.
No comments:
Post a Comment